Sunday 7 June 2020

Bagian Tubuh Yang Paling Rentan Diserang Virus Corona



Riset yang dilaksanakan oleh beberapa dokter di Amerika Serikat (AS) serta Italia mengutarakan bila virus corona (COVID-19) dapat menggempur otak. Ini tersingkap sesudah beberapa dokter lakukan pemindaian otak pada pasien positif virus corona.




Hasil dari pemindaian itu, dapat dibuktikan bila COVID-19 bisa menghancurkan bagian-bagian otak. Serta, virus corona yang menggempur otak akan membuat pasien alami kesusahan dalam membau.

Salah satunya hasil pemindaian itu adalah punya dari seorang radiografer wanita asal Italia yang alami tanda-tanda virus corona. Wanita ini alami batuk kering mudah sepanjang hari. Tidak sampai disana, wanita ini peluang kehilangan kekuatannya untuk membau serta berasa.

Dokter juga langsung menilai hidung serta memindai sisi dadanya. Hasilnya tidak memperlihatkan ada keabnormalan. Wanita ini pun tidak alami demam.

Meskipun begitu, hasil pemindaian di otak wanita ini memperlihatkan ada inflamasi dibagian bulbus olfaktorius yang mengendalikan indera pencium. Dokter yang menjaga pada akhirnya lakukan tes serta tersingkap wanita ini positif COVID-19.

"Kami bisa berspekulasi jika SARS-Cov-2 kemungkinan menggempur otak," catat beberapa periset seperti dikutip dari WebMD. "COVID-19 menggempur otak lewat jalan olfaktorius serta mengakibatkan disfungsi."

Sesudah jalani perawatan semasa 28 hari, dokter kembali lagi lakukan pindaian pada otak wanita itu. Ternyata, abnormalitas pada otak telah lenyap waktu wanita ini dipastikan pulih dari COVID-19. Disamping itu, kekuatannya untuk membau sudah balik lagi.

Situasi ini dirasakan banyak pasien yang lain. Dokter lalu mengaitkan bila perkembangan pindaian tidak selamanya ada di COVID-19 serta kemungkinan terbatas pada babak paling dahulu yakni waktu terkena pertama-tama.

Konsultan neurologis di National Hospital for Neurology and Neurosurgery, Michael Zadi ungkap bila beberapa orang peluang alami tanda-tanda psikiatris waktu terkena COVID-19. "Kami ketahui dari analisa awalnya jika sebagian orang yang menderita infeksi SARS-CoV-2 kemungkinan alami tanda-tanda neurologis serta psikiatris," jelas Zadi.

Selanjutnya Zadi akui masih perlu lihat seberapa jauh tanda-tanda itu dapat ada. Apa dikarenakan oleh infeksi virus COVID-19 pada otak tersebut atau dampak sekunder termasuk juga infeksi di otak yang dipacu oleh tanggapan skema kebal badan pada virus.